pengaruh pemberian daun kamboja terhadap penyembuhan luka bakar
Luka
bakar merupakan jenis kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, dan radiasi, yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan kulit
luar (epidermis), dan (dermis). Akibat yang ditimbulkan luka
bakar dapat menjadi lebih serius, Hal ini bisa menyebabkan kehilangan cairan,
lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat
pendinginan). Dan mudah terjadi infeksi. ( Moenajad, 2001 ).
Ada tiga fase dari luka bakar yaitu: luka bakar derajat 1, yang terjadi
bila kulit terpapar suhu panas pada daerah epidermis ( luas ), luka
derajat 2, jika kerusakan kulit meliputi epidermis dan sebagian dermis
dan ditandai dengan adanya reaksi inflamasi
disertai proes eksudasi. Derajat 3, bila kerusakan kulit sudah mengenai daerah dermis
dsan lebih dalam. (Brunner & Suddarth. 2001).
Penyembuhan
luka bakar terkait dengan kembalinya fungsi sel dan organ tubuh kembali pulih,
dengan sirkulasi darah merah yang normal dan asupan vitamin yang cukup, dan
yang terpenting menjaga keadaan luka tetap bersih dan tidak terinfeksi, yang
ditunjukkan dengan tanda dan respon yang berurutan dimana sel jaringan kulit
secara bersama - sama, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya
luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Perawatan luka saat ini berkembang cepat, dengan metode metode yang berbeda,
jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi yang sesuai dengan
kebutuhan, semua tujuan perawatan luka adalah untuk membuat luka stabil dengan
perkembangan jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat. (Tarigan. 2007).
Akhir akhir ini telah kita jumpai
dan kita lakukan pada pengobatan luka bakar yang sudah menjadi tradisi turun
temurun dari orang tua, dan mungkin hal ini sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu
dengan menggunakan metode tradisional atau non medis. Sebenarnya penyembuhan
luka yang secara benar sudah kita ketahui secara medis dengan penggunaan obat
dan tarapi medis lainnya. Pengobatan non medis sangat banyak kita jumpai
dikehidupan kita dengan salah satunya menggunakan tanaman kamboja (Plumeria
acuminate) yang diyakini dapat menyembuhkan luka bakar, biasanya tanaman
ini yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka bakar yaitu dengan menggunakan
daun kamboja (Plumeria acuminate), yang di tumbuk dan dioleskan pada
luka tersebut. Dalam tanaman kamboja (Plumeria acuminate) dipercaya
memiliki kandungan senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan
asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Kandungan kimia
getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria sedangkan kulitnya mengandung
zat pahit beracun. Akar dan daun kamboja (Plumeria acuminate),
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya
juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang
memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung
minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan
linalool. Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol. yang
bisa menyembuhkan luka bakar. (Arief Hariana. 2008).
Berdasarkan
fenomena pengalaman dari masyarakat Desa Kapong Kecamatan Batumarmar Kabupaten
Pamekasan Madura mengenai tanaman kamboja (Plumeria acuminate), yang
dipercaya masyarakat dan diyakini sebagai tanaman yang mempunyai bermacam macam
kegunaannya juga sebagai obat yang dapat penyembuhkan luka bakar. Bahkan dari
beberapa mayarakat Desa Kapong Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan Madura
yang memanfaatkan Daun Kamboja (Plumeria acuminate) sebagai obat luka.
Maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Pemberian Daun Kamboja (Plumeria
acuminate) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus strain Wistar)”. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan obyek tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar) karena
didalam kandungan tanaman kamboja (Plumeria acuminate) terdapat zat
pahit beracun. Sehingga peneliti tidak mau mengambil resiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar