serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

Sabtu, 12 April 2014

tugas softskill ke 5 ( bioteknologi reproduksi)


Ekidna Mammalia yang Bertelur

Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mammalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.
Saat ini terdapat 4 spesies ekidna dari dua genus berbeda yang masih bertahan hidup hingga sekarang. Sedangkan tiga spesies ekidna lainnya telah punah dan hanya dikenali dari fosilnya saja. Hebatnya, keempat spesies ekidna tersebut terdapat di pulau Papua Indonesia. Namun sayang, keempat ekidna tersebut tergolong binatang langka yang terancam punah.
Ciri dan perilaku Ekidna. Secara umum ekidna memiliki ciri-ciri tubuh yang berukuran kecil dan dan ditumbuhi rambut kasar dan duri layaknya landak dan hedgehog. Memiliki moncong yang panjang dan langsing dan kaki yang pendek dan berkuku tajam.
Ekidna juga adalah penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang mungil dan rahang tak bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang kayu yang lunak, sarang semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya yang panjang serta lengket yang memanjang dari moncongnya untuk mengumpulkan mangsanya. Ekidna moncong pendek terbiasa memakan semut dan rayap dalam jumlah besar, sedangkan spesies Zaglossus terbiasa memakan cacing tanah dan larva serangga.
Yang unik dari hewan ini adalah perkembangbiakannya yang dengan bertelur padahal mereka termasuk mammalia. Ekidna betina menelurkan satu telur berbulu bercangkang lunak dua puluh dua hari setelah perkawinan dan meletakkannya langsung dalam kantungnya.
Telur akan menetas setelah sepuluh hari. Ekidna muda, kemudian akan menghisap susu dari pori-pori kedua kelenjar susu (sebab monotremata tidak memiliki puting) dan tetap tinggal di dalam kantung induknya selama 45 – 55 hari. Setelah itu akan mulai tumbuh duri dan sang ibu akan menggalikan lubang untuk meletakkan anaknya. Sang ibu akan kembali setiap lima hari untuk menyusui hingga berusia tujuh bulan.
Jenis-jenis Spesies, Persebaran, dan Konservasi Ekidna. Ekidna terdiri atas dua genus yakni Tachyglossus yang biasa disebut ekidna moncong pendek dan Zaglossus yang biasa disebut ekidna moncong panjang. Ekidna moncong panjang terdiri atas 5 spesies yang ini tinggal tiga spesies yang masih bertahan hidup. Juga terdapat satu genus ekidna lagi yakni Megalibgwilia. Namun genus dengan dua spesies ini telah punah.

  • Ekidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus).
Ekidna moncong pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Short-beaked Echidnadan Spiny Anteater adalah ekidna yang hingga kini populasi masih lumayan banyak. Jenis ekidna ini bisa ditemui di seluruh bagian Australia dan ditemukan juga di daerah barat daya pulau Papua. Ekidna jenis ini merupakan pemakan semut dan rayap.
Ekidna moncong pendek yang bernama latin Tachyglossus aculeatus ini oleh IUCN Redlistdiberikan status konservasi Least Concern.
Ekidna Moncong Panjang Barat
Ekidna Moncong Panjang Barat
  • Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijini)
Ekidna moncong panjang barat yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai Western Long-beaked Echidna adalah ekidna yang hidup di Papaua, pada daerah dengan ketinggian di atas 1300 meter hingga 4000 meter.
Ekidna moncong panjang barat merupakan mammalia pemakan cacing tanah. Ukurannya lebih besar ketimbang ekidna moncong pendek dengan berat badan mencapai 16,5 kg. Moncongnya panjang dan bengkok ke bawah. Kuku pada kaki depan dan belakangnya berjumlah empat. Status konservasi IUCN Redlist ekidna moncong panjang barat adalah Critically Endangered.
  • Ekidna moncong panjang timur (Zaglossus bartoni)
Ekidna moncong panjang timur atau Eastern Long-beaked Echidna terdapat di pulau Papua (indonesia dan Papua Nugini) pada daerah berketinggian antara 2000-3000 meter dpl. Ekidna jenis ini dibedakan dengan jenis ekidna moncong panjang lainnya berdasarkan berdasarkan kuku kaki depannya yang berjumlah lima kuku dan empat pada kaki belakangnya. Selain itu spesies langka ini memiliki bulu yang pendek dan tebal.
Status konservasi ekidna moncong panjang timur adalah Critically Endangered.
  • Ekidna moncong panjang Sir David (Zaglossus attenboroughi)
Ekidna moncong panjang Sir David atau Sir David’s Long-beaked Echidna ini dikenal juga sebagai Ekidna moncong panjang Cyclops. Ukuran tubuhnya merupakan yang terkecil dibandingkan dua spesies ekidna moncong panjang lainnya, bahkan hampir sama dengan ekidna moncong pendek. Selain itu, ekidna jenis ini baik kaki depan maupun kaki belakangnya mempunyai lima kuku. Bulunya panjang dan lebat.
Ekidna bersatatus Critically Endangered ini sangat langka. Spesies ini hanya diketahui dari satu-satunya spesimen yang ditemukan Sir David Attenborough di pegunungan Cyclops, Papua pada 1961. Sejak itu hingga sekarang tidak pernah ditemukan kembali. Bahkan ekspedisi yang dilakukan pada 2007, hanya bisa menemukan liang bekas galian ekidna jenis ini.
Tidak Dilindungi di Indonesia. Sayangnya, meski hewan mammalia unik di dunia ini termasuk hewan langka dengan status Critically Endangered dan terdaftar dalam CITES Apendiks II namun ternyata luput dari perlindungan hukum di Indonesia. Keempat spesies ekidna ini ternyata tidak termasuk binatang yang dilindungi oleh hukum Indonesia. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar