I. KEKUASAAN
A.
Definisi Kekuasaan
Definisi kekuasaan menurut para
tokoh, yaitu:
1)
Menurut Max Weber, kekuasaan adalah
suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial
berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan
menghilangkan halangan.
2)
Menurut Walterd Nord, kekuasaan adalah
suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk
mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
3)
Menurut Russel, kekuasaan adalah suatu
produksi dari akibat yang diinginkan.
4)
Menurut Bierstedt, kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempergunakan kekuatan.
5)
Menurut Rogers, kekuasaan adalah
seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik,
contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kekuasaan adalah perilaku seorang
individu ketika mengarahkan aktivitas kelompok menuju suatu tujuan bersama.
B.
Sumber-Sumber Kekuasaan Menurut French
dan Raven
French dan Raven membagi lima
kategori sumber kekuasaan, yaitu:
1)
Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Hukuman adalah
segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang
menerimanya. Pemberian hukuman dimaksudkan untuk memodifikasi perilaku,
menghukum perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar
berubah menjadi perilaku yang bermanfaat.
2)
Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kemampuan
seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena
kepatuhan mereka.
3)
Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya / kedudukannya.
4)
Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Seseorang yang
mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi.
5)
Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Seseorang yang
menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian
atau perilaku orang yang bersangkutan.
II.LEADERSHIP
A.
Definisi Leadership
Definisi Leadership dari beberapa
tokoh, yaitu:
1)
Menurut Tead, Terry, dan Hoyt (2003)
Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2)
Menurut Young (2003) Kepemimpinan adalah
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
3)
Menurut Moejiono (2002) kepemimpinan yaitu sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Dari beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
B.
Teori-Teori Kepemimpinan Partisipatif
1)
Teori X dan Teori Y dari Douglas
McGregor
Teori perilaku
adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan buka pada orang-orang. Konsep teori X dan teori Y yang dikemukakan
oleh Douglas McGregor menyebutkan bahwa para manajer / pemimpin organisasi
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu
teori X atau teori Y.
a.
Teori X
Teori ini
menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka
bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat
bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
·
Keuntungan Teori X :
Karyawan bekerja
untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi.
·
Kelemahan Teori X :
a)
Karyawan malas
b)
Berperasaan irrasional
c)
Tidak mampu mengendalikan diri dan
disiplin
b.
Teori Y
Teori Y memiliki
annggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti hanya kegiatan sehari-hari
lainnya. Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil
tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
·
Keuntungan Teori Y :
a)
Pekerja menunjukan kemampuan pengaturan
diri
b)
Tanggung jawab
c)
Inisiatif tinggi
·
Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri
akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan.
2)
Teori Sistem 4 dari Rensis Linkert
a.
Asumsi dasar
Bila seseorang
memperhatikan dan memelihara pekerjaannya dengan baik maka operasional
organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat
sistem, yaitu:
v Sistem
pertama (Exploitive Authoritative)
Sistem yang
penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan
besi dan tidak memerlukan umpan balik.
v Sistem
kedua (Benevolent Authoritative)
Sistem yang
lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan
karyawan.
v Sistem
ketiga (Manager Konsultatif)
Sistem
konsultatif dimana pemimpin mencari masukan dari karyawan.
v Sistem
keempat (Partisipative Group)
Sistem
partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
3)
Model Leadership Continuum
Teori ini
merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt,
berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara,
yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku
otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut
dengan perilaku demokratis.
Perilaku
otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.
Perilaku
demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang
yang berawal dari bawahan.
Menurut teori Continnum ada tujuh tingkatan hubungan
pemimpin dengan bawahan, yaitu:
a. Pemimpin membuat dan mengumumkan
keputusan terhadap bawahan (telling)
b. Pemimpin menjualkan dan menawarkan
keputusan terhadap bawahan (selling)
c. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang
pertanyaan
d. Pemimpin memberikan keputusan tetantive dan keputusan masih dapat
diubah
e. Pemimpin memberikan problem dan meminta saran pemecahannya kepada bawahan
(consulting)
(consulting)
f. Pemimpin menentukan batasan-batasan dan
meminta kelompok untuk membuat keputusan
g. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi
dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
C.
Teori kepemimpinan dari konsep Modern Choice Approach to Participation yang
memuat Decicion Tree.
Teori
kepeminmpinan Vroom & Yetton adalah jenis teori kontingensi yang
menjelaskan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Teori
vroom dan yetton juga di sebut teori normative
karena mengarah pada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang
sebaiknya di gunakan dalam situasi tertentu.
Dalam hal ini
ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1.
Pemimpin mengambil sendiri keputusan
berasarkan informasi yang ada padanya saat itu.
2.
Pemimpin memperoleh informasi dari
bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi
peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
3.
Pemimpin memberitahukan masalah yang
sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh
informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu
mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari
bawahannya.
4.
Pemimpin mengumpulkan semua bawahannya
secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang
ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan / tidak gagasan
bawahannya
5.
Pemimpin memberitahukan masalah kepada
bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya,
dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
D.
Model Kontigensi Fiedler
Model
kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model
tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja
kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler,
ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor
ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut
adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan
sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan
bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas
menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan
secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi
dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
Kekuatan posisi
menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh
pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa
memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya)
menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan
penurunan pangkat (demotions).
E.
Path
Goal theory
(teori jalur tujuan)
dari kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku
seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya. Teori ini
pertama kali diungkapkan oleh Evans (1970) dan House (1971). House (1971)
memformulasikan teori ini dengan versi yang lebih teliti dengan menyertakan
variabel situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh beberapa penulis
seperti Evans (1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974; dan
House (1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership, Menurut
model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan
terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap
sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi
dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path
goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan
bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada
bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan
awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin
meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga
sikap bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan
harapan mengenai hubungan antara usaha-kinerja-imbalan.
Model
kepemimpinan jalur tujuan (path goal)
menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai
tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan.
III. DAFTAR PUSTAKA
Thoha,
M. (2005). Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono,
S. W. (2005). Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins,
S.P., & Coulter, M. (1999). Manajemen.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Daft,
R. L. (1999). Leadership Theory and
Practice. Orlando: Harcourt
Brace
& Company
Sule,
Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. (2005). Pengantar
Manajemen.
Jakarta: Prenada Media Group
Vroom,
H., Victor & Arthur G. Jago. (1974). Leadership
and Decision
Making. Journal of Science
Institute. Vol 5, 321-335.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar