serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

Senin, 09 November 2015

Psikologi Manajemen ( tugas 2 )


I. KEKUASAAN


A.           Definisi Kekuasaan
Definisi kekuasaan menurut para tokoh, yaitu:
1)            Menurut Max Weber, kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menghilangkan halangan.
2)            Menurut Walterd Nord, kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
3)            Menurut Russel, kekuasaan adalah suatu produksi dari akibat yang diinginkan.
4)            Menurut Bierstedt, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan.
5)            Menurut Rogers, kekuasaan adalah seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik, contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kekuasaan adalah perilaku seorang individu ketika mengarahkan aktivitas kelompok menuju suatu tujuan bersama.

B.            Sumber-Sumber Kekuasaan Menurut French dan Raven
French dan Raven membagi lima kategori sumber kekuasaan, yaitu:
1)            Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman dimaksudkan untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat.
2)            Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka.
3)            Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya / kedudukannya.
4)            Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Seseorang yang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi.
5)            Kekuasaan Rujukan (Referent Power)

Seseorang yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan.







                           II.LEADERSHIP

A.           Definisi Leadership
Definisi Leadership dari beberapa tokoh, yaitu:
1)            Menurut Tead, Terry, dan Hoyt (2003) Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2)            Menurut Young (2003) Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
3)            Menurut Moejiono (2002)  kepemimpinan yaitu sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

B.            Teori-Teori Kepemimpinan Partisipatif
1)            Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan buka pada orang-orang. Konsep teori X dan teori Y yang dikemukakan oleh Douglas McGregor menyebutkan bahwa para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori X atau teori Y.
a.              Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
·                Keuntungan Teori X :
Karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi.
·                Kelemahan Teori X :
a)             Karyawan malas
b)             Berperasaan irrasional
c)             Tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin

b.             Teori Y
Teori Y memiliki annggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti hanya kegiatan sehari-hari lainnya. Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
·                Keuntungan Teori Y :
a)             Pekerja menunjukan kemampuan pengaturan diri
b)             Tanggung jawab
c)             Inisiatif tinggi
·                Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan.
2)            Teori Sistem 4 dari Rensis Linkert
a.              Asumsi dasar
Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjaannya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat sistem, yaitu:
v   Sistem pertama (Exploitive Authoritative)
Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik.
v   Sistem kedua (Benevolent Authoritative)
Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan.
v   Sistem ketiga (Manager Konsultatif)
Sistem konsultatif dimana pemimpin mencari masukan dari karyawan.
v   Sistem keempat (Partisipative Group)
Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
3)            Model Leadership Continuum
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt, berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.
Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.
Menurut teori Continnum ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan, yaitu:
a.          Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling)
b.           Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling)
c.            Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
d.            Pemimpin memberikan keputusan tetantive dan keputusan masih dapat diubah
e.            Pemimpin memberikan problem dan meminta saran pemecahannya kepada bawahan
(consulting)
f.        Pemimpin menentukan batasan-batasan dan meminta kelompok untuk membuat keputusan
g.            Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).

C.            Teori kepemimpinan dari konsep Modern Choice Approach to Participation yang memuat Decicion Tree.
Teori kepeminmpinan Vroom & Yetton adalah jenis teori kontingensi yang menjelaskan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Teori vroom dan yetton juga di sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi tertentu.
Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1.             Pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu. 
2.             Pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif. 
3.             Pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya. 
4.             Pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan / tidak gagasan bawahannya 
5.             Pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.

D.           Model Kontigensi Fiedler
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

E.            Path Goal theory 
(teori jalur tujuan) dari kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Evans (1970) dan House (1971). House (1971) memformulasikan teori ini dengan versi yang lebih teliti dengan menyertakan variabel situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh beberapa penulis seperti Evans (1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974; dan House (1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership, Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha-kinerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan.



                                   III. DAFTAR PUSTAKA

Thoha, M. (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins, S.P., & Coulter, M. (1999). Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Daft, R. L. (1999). Leadership Theory and Practice. Orlando: Harcourt
Brace & Company
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. (2005). Pengantar
Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group
Vroom, H., Victor & Arthur G. Jago. (1974). Leadership and Decision
Making. Journal of Science Institute. Vol 5, 321-335.