nama : robi setiawan
kelas : 2PA16
NPM : 18513041
Hubungan interpersonal
· ·
Model-model hubungan
interpersonal
1. Model pertukaran
sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu
transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran
(akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran
dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan
peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah
kemampuan memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people play
model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
- Kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap
sebagi orang tua).
- Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian
yang mengolah informasi secararasional).
- Kepribadian anak (kepribadian yang diambil
dari perasaan dan pengalaman kanak- kanak yang mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4. Model
Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal
sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan
medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan
permainan.
·
Memulai hubungan
1. Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase
kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang lain serta,
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan
tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam
memelihara keseimbangan ini, yaitu:
- keakraban (pemenuhan
kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
- Kontrol (kesepakatan
antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan
didalam komunikasi tersebut).
- respon yang tepat (feedback
atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah
memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
- nada emosional yang tepat (keserasian
suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
·
Hubungan peran
- Model peran. Menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan
peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak
sesuai dengan peranannya.
- Model Interaksional.
Model ini memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai
suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam
bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada
lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
- Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh
sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
- Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan
pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
- Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang
lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
- Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
- Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang
nilai-nilai yang mereka anut.
- Jenis Hubungan Interpersonal.
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal,
yaitu :
a) Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
1) Hubungan diad.
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain
bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad,
dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan
diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam
hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain
2) Hubungan Triad.
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks,
tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang
diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad,
keputusan diambil melalui negosiasi).
b) Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai.
1) Hubungan tugas.
merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan
sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan
tugas, dan lain-lain.
2) Hubungan Sosial.
merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan
sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai
contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan
siang dan sebagianya.
c) Berdasarkan jangka waktu.
1) Hubungan jangka pendek.
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar.
Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika
bertemu di jalan.
2) Hubungan jangka panjang.
berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin
banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan,
materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
d) Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau
intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure).
- Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan
Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a) Komunikasi efektif.
b) Ekspresi wajah.
c) Kepribadian.
d) Stereotyping.
e) Daya tarik.
f) Ganjaran.
g) Kompetensi.
·
Intemasi dan hub pribadi
- Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara
lain yaitu :
a) Shadily dan Echols (1990) mengartikan
intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b) Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan
intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
e) Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi
mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan
kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi
mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran
dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan
komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi
bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud
melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati,
serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan
Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya
companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah
satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara
ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan
tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya
setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga
yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan
untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan,
kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina
hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan
pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan
kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita
dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.
· Intimasi dan Pertumbuhan
- pada tahap remaja dewasa pada teori Erikson, individu akan mengalami tahap Intimacy vs Isolation. dimana Intimacy akan tumbuh dengan adanya cinta, cinta adalah ketika individu telah mengenal dirinya sendiri sebagai suatu identitas. namun kenyataanya, takut akan terikat dan komitmen menjadi hal yang paling banyak dialami orang pada tahap ini, sehingga menimbulkan sikap tidak terlalu tergantung pada bentuk hubungan dekat apapun, khususnya hubungan romantic, sehingga menimbulkan perilaku isolasi.
Cinta dan Perkawinan
· Memilih pasangan
Memilih pasangan hidup merupakan
sesuatu hal yang sangat penting hukumnya atau (wajib), Karna dalam hidup apa
lagi sih yang kita cari kalo bukan jodoh kita. Salah satunya pasangan hidup
merupakan tujuan utama dalam hidup ini, karna menurut agama kenapa Allah
menciptakan Perempuan dan Laki-laki. agar mereka bisa hidup berpasang-pasangan.
1. Pilihlah karena Agamanya..
2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya
dan dapat kita percaya..
3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan
membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat..
4. Shalat istikharah untuk mohon petunjuk kepada ALLAH juga patut dilakukan..
5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH
Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena
itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah..
6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena
berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada
saat masuk ke dunia yang baru.
· Hubungan dalam perkawinan
Keluarga dapat terbentuk berdasarkan perkawinan. Pengertian perkawinan
itu sendiri merupakan suatu pola social yang dimana dua orang atau lebih untuk
membentuk sebuah keluarga. Memang tidak semua keluarga harus diikat oleh ikatan
perkawinan, misalnya saja kasus kumpul kebo yang merupakan incest taboo
(hal yang menimpang atau dianggap tabu). Namun hal ini dapat mengakibatkan
disfungsi pada keluarga itu sendiri.
Banyak pola-pola hubungan antara perkawinan dan keluarga. Pertama,
seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi, yaitu pola hubungan keluarga yang
tidak didasari dengan perkawinan atau illegal (kumpul kebo). Proses sosialisasi
ke masyarakat untuk keluarga seperti ini cukup sulit. Karena pola hubungan
keluarga dan perkawinan seperti ini dianggap buruk oleh masyarakat.
Fungsi-fungsi dan peran masing-masing anggota keluargapun sulit unutk
dilaksanakan akibat banyaknya tekanan-tekanan dari masyarakat sekitar keluarga
itu tinggal.
Kedua, pola hubungan perkawinan dan keluarga didasari dengan perkawinan
yang sah dan legal. Hampir seluruh warga di Indonesia merupakan bagian dari
pola hubungan keluarga dan perkawinan seperti ini. Sehingga proses sosialisasi
untuk keluarga seperti ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Keluarga
dengan tipe seperti inipun bisa dikatakan keluarga yang baik sebab dengan sah
dan legalnya sebuah keluarga, maka proses sosialasasi dan penerapan fungsi
serta peran-peran dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Terakhir, pola hubungan perkawinan dan keluarga berdasarkan hubungan
sedarah atau satu keturunan. Menurut agama islam, hal ini sangat dilarang
karena menikah dengan orang yang memiliki hubungan sedarah berarti menikah
dengan seseorang sepersusuan. Menurut ilmu kedokteran, menikah dengan saudara
sedarahpun juga dilarang sebab, jika seseorang menikah dengan orang yang
sedarah otomatis atauk keturunan yang dihasilkan merupakan hasil prcampuran
kedua darah yang sama. Percampuran kedua darah yang sama ini dapat mengakibatkan
pengumpalan-penggumpalan dalam tubuh anak itu yang menyebabkan cacatnya organ
atau mental si anak.
Hal seperti ini masih banyak terjadi pada masyarakat terpencil yang belum
mengerti bahaya menikah dengan seseorang yang masih ada hubungan darah.
Sehingga ada beberapa komunitas atau kampung yang penduduknya memiliki kelainan
jiwa atau cacat. Hal ini disebabkan karena adap yang memaksa. Jika mereka
tidak mengikuti adat, maka mereka akan dikeluarkan dari komunitas tersebut.
Pola-pola hubungan perkawinan seperti diatas merupakan hal yang masih
sering terjadi dimasyarakat dunia khusnya di Indonesia sendiri. Banyak
kasus-kasus tentang kumpul kebo atau nikah sirih yang mulai terungkap
belakangan ini. Untuk pola keluarga yang tidak dilandasi
perkawinan dapat kita jumpai di Negara-negara barat.
Beraneka ragamnya pola hubungan antara keluarga dan perkawinan menandakan
bahwa masyarakat zaman sekarang sudah mulai mengalami perubahan social. Dahulu
ketika perkawinan masih dianggap sacral, tidak ada yang namanya seseorang melakukan
kumpul kebo atau hal menyimpang lainnya. Namun seriring perkembangan zaman,
semuanya telah berubah. Perkawinan dan sebuah keluarga merupakan suatu hal yang
di anggap sebagai hal yang tidak sacral lagi.
· Penyesuaian dan pertumbuhan dalam
perkawinan
Penyesuaian personal
Penyesuaian diri dan pertumbuhan personal
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment
ataupersonal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada
umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau
biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga
pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan
personalnya juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan
personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan
ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan
pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi
berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
Sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya
rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian
pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu
dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber
terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan,
sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu
sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi
sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya
sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai
informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh
eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau
dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup
untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk
mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang
harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi
norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya
memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu
mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses
pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan
dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial
dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani
(super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi
penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima
oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh
masyarakat.
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini
harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan.Perkawinan merupakan salah
satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang
terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi
dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu
kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang
erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara
suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi
perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang
mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap
pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan.
Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola
dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
· Perceraian dan pernikahan kembali
dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah
Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk
diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang
terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa
memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri
mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui
mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang
dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti
faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan
yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki
dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya.
Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar
belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk
diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa
hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah
Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa
lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
· Alternatif selain pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan
menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan
gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan
hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan
berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup
melajang.Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat
pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang
batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi
terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan
perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan
perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih
hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi
pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak
ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang
untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap
hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan
karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih
konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan
lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur
dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang
telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria
sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah
pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa
hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak
memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan
jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan
masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat
menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan
lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari
pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai
dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika
dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah
menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya.
Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih
melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan
sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan
menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi
sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh,
terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah
mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi
kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk
menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat
teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan
menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok
di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang
menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati
jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula
sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum
ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan
waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati
posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang
mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup
sendiri.