serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

serigala pengaum

Senin, 09 November 2015

Psikologi Manajemen ( tugas 2 )


I. KEKUASAAN


A.           Definisi Kekuasaan
Definisi kekuasaan menurut para tokoh, yaitu:
1)            Menurut Max Weber, kekuasaan adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menghilangkan halangan.
2)            Menurut Walterd Nord, kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
3)            Menurut Russel, kekuasaan adalah suatu produksi dari akibat yang diinginkan.
4)            Menurut Bierstedt, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan.
5)            Menurut Rogers, kekuasaan adalah seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik, contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kekuasaan adalah perilaku seorang individu ketika mengarahkan aktivitas kelompok menuju suatu tujuan bersama.

B.            Sumber-Sumber Kekuasaan Menurut French dan Raven
French dan Raven membagi lima kategori sumber kekuasaan, yaitu:
1)            Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman dimaksudkan untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat.
2)            Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka.
3)            Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya / kedudukannya.
4)            Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Seseorang yang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi.
5)            Kekuasaan Rujukan (Referent Power)

Seseorang yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan.







                           II.LEADERSHIP

A.           Definisi Leadership
Definisi Leadership dari beberapa tokoh, yaitu:
1)            Menurut Tead, Terry, dan Hoyt (2003) Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2)            Menurut Young (2003) Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
3)            Menurut Moejiono (2002)  kepemimpinan yaitu sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

B.            Teori-Teori Kepemimpinan Partisipatif
1)            Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan buka pada orang-orang. Konsep teori X dan teori Y yang dikemukakan oleh Douglas McGregor menyebutkan bahwa para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori X atau teori Y.
a.              Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
·                Keuntungan Teori X :
Karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi.
·                Kelemahan Teori X :
a)             Karyawan malas
b)             Berperasaan irrasional
c)             Tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin

b.             Teori Y
Teori Y memiliki annggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti hanya kegiatan sehari-hari lainnya. Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
·                Keuntungan Teori Y :
a)             Pekerja menunjukan kemampuan pengaturan diri
b)             Tanggung jawab
c)             Inisiatif tinggi
·                Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan.
2)            Teori Sistem 4 dari Rensis Linkert
a.              Asumsi dasar
Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjaannya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat sistem, yaitu:
v   Sistem pertama (Exploitive Authoritative)
Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik.
v   Sistem kedua (Benevolent Authoritative)
Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan.
v   Sistem ketiga (Manager Konsultatif)
Sistem konsultatif dimana pemimpin mencari masukan dari karyawan.
v   Sistem keempat (Partisipative Group)
Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
3)            Model Leadership Continuum
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt, berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan.
Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.
Menurut teori Continnum ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan, yaitu:
a.          Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling)
b.           Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling)
c.            Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
d.            Pemimpin memberikan keputusan tetantive dan keputusan masih dapat diubah
e.            Pemimpin memberikan problem dan meminta saran pemecahannya kepada bawahan
(consulting)
f.        Pemimpin menentukan batasan-batasan dan meminta kelompok untuk membuat keputusan
g.            Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).

C.            Teori kepemimpinan dari konsep Modern Choice Approach to Participation yang memuat Decicion Tree.
Teori kepeminmpinan Vroom & Yetton adalah jenis teori kontingensi yang menjelaskan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Teori vroom dan yetton juga di sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi tertentu.
Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1.             Pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu. 
2.             Pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif. 
3.             Pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya. 
4.             Pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan / tidak gagasan bawahannya 
5.             Pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.

D.           Model Kontigensi Fiedler
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

E.            Path Goal theory 
(teori jalur tujuan) dari kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahannya. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Evans (1970) dan House (1971). House (1971) memformulasikan teori ini dengan versi yang lebih teliti dengan menyertakan variabel situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh beberapa penulis seperti Evans (1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974; dan House (1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership, Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja, penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha-kinerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan.



                                   III. DAFTAR PUSTAKA

Thoha, M. (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins, S.P., & Coulter, M. (1999). Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Daft, R. L. (1999). Leadership Theory and Practice. Orlando: Harcourt
Brace & Company
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. (2005). Pengantar
Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group
Vroom, H., Victor & Arthur G. Jago. (1974). Leadership and Decision
Making. Journal of Science Institute. Vol 5, 321-335.




Sabtu, 10 Oktober 2015

Psikologi Manajemen ( Tugas 1 )




Pengantar 

A. Manajemen


  kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet,  manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi tentang manajemen menurut ahli, diantaranya:

  •  Prof. Eiji Ogawa
    Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
  • Mary Parker Follet
    Berpendapat bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan  pekerjaan melalui orang lain.
  • James A.F. Stoner
    Berpendapat manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan,  pengorganisasian, kepimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
  • William H. Newman
    Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang lain.
  • Harold Koontz
    Dalam bukunya yang berjudul“The Management Theory Jungle” menganggap  pengertian manajemen adalah seni menyelesaikan suatu pekerjaan melalui dan dengan  beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal yang terorganisir. Harold Koontz & O’Dannel dalam buku yang berjudul“Principles of Management” mengemukan, “Manajemen adalah berhubungan dengan percapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain”.
  •  George R. Terry
    Dalam buku yang berjudul“Principles of Management” memberikan definisi:“Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan,  pengorganisasian, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan  baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain (1994)
  • H.B. Siswanto
    Berpendapat bahwa manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan,  pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
  • Ricky W. Griffin
    Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan  pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien  berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah orang yg mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran atau orang yg berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.

B. Organisasi

Organisasi sebagai suatu sistim terdiri dari subsistim, yaitu satuan kerja yang besar seperti devisi atau urusan. Satuan kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (Sub-subsistim) seperti bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi dan satuan kerja yang terkecil ialah tenaga kerja.


  • Organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb)sehingga merupakan kesatuan yang teratur. (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia)

  • Organisasi adalah sistem sosial yang memiliki identitas kolektif yang tegas,
    daftar anggota yang terperinci, program kegiatan yang jelas, dan prosedur
    pergantian anggota. (Janu Murdiyamoko dan Citra Handayani, Sosiologi untuk SMU Kelas I)

  • Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

  • Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.





KOMUNIKASI


A. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi  satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,lukisan,seni dan tekhnologi ( Shannon & Weaver

Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi demikian : “A process by which a source transmits a message to a reciever through some channel.” (komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.)

Hoveland (1948:371) mendefinisikan komunikasi demikian : “The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu”. (komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.)

Gode (1969:5) memberi pengertian mengenai komunikasi, sebagai berikut: “It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some.” (komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang.)

Raymond S. Ross (1983:8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.

Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527) mendefinisikan komunikasi, sebagai berikut: “Communication : the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. By the uses of symbol...” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.)


B. Dimensi Komunikasi Meliputi 



1. Dimensi Isi
Dimensi isi menunjukan isi dari komunikasi. Dimensi isi secara verbal, symbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategosi pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sedangkan bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.

2. Dimensi Kebisingan
Bunyi-bunyian yang tidak di kehendaki atau dapat di artikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah.

Kebisingan merupakan salah satu penyebab utama timbulnya gangguan kesehatan bagi para pekerja maupun masyarakat di sekitar tempat bekerja dan sering kali menimbulkan protess dan kemarahan warga yang bertempat tinggal di dekat sumber kebisingan.Sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industry atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat umum dan niaga.

Suara atau bunyi-bunyian dapat di ukur dengan suatu alat yang di sebut “sound level meter” yaitu berupa intensitas atau kekerasan suara di hitung dengan satuandesibel dan frekuensiatau gelombang suara di hitung dengan satuan Hertz, telinga manusia hanya mampu menangkap frekuensi suara berkisar antara 20-20.000 Hertz dana man pada intensitas suara sekitar 80 desibel, paparan suara atau bunyi-bunyian melampaui kemampuan di atas dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya ketulian sementara atau permanen.

Efek kebisingan terhadap kesehatan di laporkan meningkatkan ssensitivitas tubuh berupa peningkatan sistem kardiovaskuler seperti kenaikan tekanan darah dan denyut jantung. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan reaksi psikologis berupa menurunnya konsentrasi dan kelelahan. Kebisingn merupakan suatu penghambat jalannya komunikasi yang baik.


Jenis kebisingan
Secara umum jenis kebisingan di kelompokkan berdasarkan kontinuitas, intensitas dan spectrum frekuensi suara antara lain:

Study state – narrow band noise : Kebisingan yang terus menerus dengan spectrum yang sempit seperti suara mesin, kipas angin.

Non study state – narrow bund noise : Kebisingan yang tidak terus menerus dengan sprektrum suara yang sempit seperti mesin gergaji, katup uap.

Kebisingan intermiten : Kebisingan yang terjadi sewaktu-waktu dan terputus seperti suara pesawat terbang, kereta api.

Kebisingan impulsive : kebisingan impulsive yang berintensitas tinggi seperti ledakan bom dapat menyebebkan kerusakan pada alat pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang telinga atau tulang-tulang halus di telinga tengah.

Getaran-getaran yang menyebabkan kerusakan ini dapat melalui udara, maupun melalui tulang. Pencegahan di lakukan dengan selalu menghindarkan diri dari sumber-sumber terjadinya bising impulsif.

3. Dimensi Jaringan
Dimensi jaringan menunjukan cara mengisyaratkan bagaimana proses komunikasi dan pesan disampaikan. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam satu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Orang yang terampil membaca pesan nonverbal orang lain disebut intuitif sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif.


4. Dimensi Arah

1. Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi dimana pencapaian idea-idea, pendapat, dan informasi hanya dilakukan satu pihak, sedangkan pihak lain pasif tidak memberikan reaksi atau respon sama sekali.

2.Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah berarti kedua belah pihak aktif menyampaikan idea-idea, pendapat, serta bahan informasi, dsb. Komunikasi dua arah tersebut akan berlangsung selama tidak ada yang pasif atau tertutup tidak bersedia berkomunikasi lagi.



Mempengaruhi Perilaku

A. Definisi Pengaruh


Pengertian Pengaruh Menurut Wiryanto
Pengaruh merupakan tokoh formal mauoun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi

Pengertian Pengaruh Menurut Norman Barry
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya

Pengertian Pengaruh Menurut Uwe Becker
Pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang – berbeda dengan kekuasaan – tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan

Pengertian Pengaruh Menurut Robert Dahl
A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan

Pengertian Pengaruh Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke
Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya

Pengertian Pengaruh Menurut Jon Miller
Pengaruh merupakan komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia

Pengertian Pengaruh Menurut Albert R. Roberts & Gilbert
Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan


B. Kunci Perubahan Perilaku

Keadaan yang buruk atau rusak merupakan persoalan yang sangat mempengeruhi masyarakat dalam segala aspek kehidupan sekaligus mengganggu segala bentuk aktivitas yang ada di masyarakat. Kemiskinan merupakan kondisi buruk dan satu-satunya persoalan yang sistematik. Karena, kemiskinan menjadikan munculnya perilaku kriminal yang tentu saja buruk. Sehingga perlu ada solusi sebagain bentuk perubahan masyarakat dari kondisi miskin yang tidak berdaya, menjadi berdaya. Dalam hal ini mereka akan memiliki potensi kritis dan gerak yang dapat menggulangi segala bentuk persoalan kemiskinan.

Secara definisi, masyarakat adalh kumpulan individu-individu yang salingberinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu dengan individu lain dengan perilakunya. Sedangkan perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari satu individu kepribadian (personality) baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang, melainkan dari adannya daya intelektual dan perbuatan.

Oleh karena itu, kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat. Maka, persoalan kemiskinan bisa berubah jika terjadi perubahan perilaku di dalam masyarakat.

Seperti yang disebutkan diatas personality itu sendiri, dan bentuk personality adalah perilaku. Perilaku dibentuk dari keterkaitan antara daya intelektual dan perbuatan. Artinya, bagaimana dia berpikir begitulah dia berbuat, dan sebaliknya. Daya intelektual adalah potensi alamiah manusia yang telah diberikan oleh Tuhan dengan maksud agar manusia dapat menjadi khalifah di muka bumi, sekaligus menjauhkan dirinya dari berperilaku seperti binatang. Daya intelektual ini bisa disebut dengan ‘idealisme’

Sementara itu, perbuatan adalah aktualisasi kecendrungan manusia terhadap apa yang dipikirkan. Perbuatan yang lahir tidak atas idealisme seseorang bukan merupakan cerminan perbuatan yang dimaksud. Sekali lagi, hal yang kita inginkan adalah perilaku yang tunggal, bukan ganda. Artinya, perbuatan terbentuk dari idealisme yang satu. Jika perbuatan terbentuk dari idealisme lain-lain berarti personality individu tersebut ‘gado-gado’ atau tidak jelas, bahkan lahir sosok skeptisisme (munafik). Daya intelektual disatukan dengan perbuatan akan melahirkan idealisme sejati.
Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadir. Perubahan masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu, karena di dalamnya ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia.

C. Menjelaskan Berbagai Model Mempengaruhi Orang Lain




  1.  Setiap orang lebih menyukai pujian daripada cercaan
Ini mudah dipahami. Tak ada orang yang senang dicela atau dicerca. Apalagi jika cercaan itu dilakukan di hadapan orang banyak. Orang akan tersinggung dan sakit hati jika dicerca.
Sebaliknya, orang senang dipuji. Mereka akan menghargai orang yang memuji mereka. Apalagi jika mereka tahu bahwa pujian yang dilakukan itu dilakukan dengan tulus. Tanpa ada ‘udang dibalik batu’. Tanpa ada maksud apapun, kecuali hanya ingin memuji.
Pujian membuat orang merasa dekat dan akrab dengan orang yang memujinya. Juga membuat orang membuka diri, sehingga mereka siap untuk menerima masukan dari orang yang memujinya. Pujian merupakan ‘pintu gerbang’ yang efektif sebelum Anda mempengaruhi orang lain. Pujian ‘membungkus dengan rapi’ pengaruh yang akan Anda berikan kepada orang lain, sehingga orang tak merasa dipengaruhi secara paksa. Orang tak mau dipaksa untuk dipengaruhi. Itulah sebabnya, iklan-iklan penuh dengan kata-kata pujian kepada calon konsumen. Hal ini agar orang tertarik memberi produk yang diiklankan tanpa merasa dipengaruhi secara paksa.

  1. Setiap orang lebih senang dengan mereka yang empati
Setiap orang ingin dipahami perasaanny. Tak ada orang yang ingin diacuhkan perasaannya. Perasaan dianggap oleh setiap orang sebagai bagian dari harga dirinya yang paling penting. Orang mungkin tidak akan tersinggung jika pikiran atau fisiknya diganggu, tapi jika perasaannya diganggu, ia akan tersinggung.
Ironisnya, perasaan merupakan bagian dari dimensi manusia yang paling peka dan labil. Perasaan mudah tersinggung, walau mungkin tak diperlihatkan secara kasat mata oleh orang yang mengalaminya.
Jika Anda bersikap empati berarti Anda memahami perasaan orang lain. Anda menghormati orang lain. Anda seakan-akan berkata kepada orang lain, “Saya menghargai perasaan Anda. Saya tak akan menyinggung perasaan Anda. Perasaan saya sama dengan Anda”. Hal ini akan membuat orang senang dan simpati kepada Anda. Sebab Anda menghormati bagian dari harga dirinya yang paling penting dan paling dijunjung tinggi olehnya, yaitu perasaan.
Sikap empati akan membuat orang merasa ‘satu nasib’ dengan Anda. Kesamaan ini membuat ia lebih terbuka untuk dipengaruhi oleh Anda. Sebab ia merasa mendapat masukan dari orang yang memiliki banyak kesamaan dengan dirinya. Perasaan memiliki banyak kesamaan membuat Anda lebih mudah mempengaruhi orang lain daripada jika orang lain merasa memiliki banyak perbedaan dengan Anda.

  1. Setiap orang lebih senang dengan mereka yang antusias
Antusias berarti jiwa yang hidup. Jiwa yang selalu bersemangat dan yakin dengan tindakannya. Orang akan lebih mudah dipengaruhi oleh mereka yang antusias daripada mereka yang tidak antusias. Karena itulah, para pemimpin yang sukses biasanya adalah orang-orang yang antusias. Mereka tak ragu dengan keputusannya dan yakin dengan tindakannya, sehingga orang lain terpengaruh dan mengikutinya dengan sukarela. Anda tentu tak akan mau mengikuti seseorang yang ia sendiri ragu terhadap apa yang diperbuatnya, bukan? Anda akan lebih suka mengikuti mereka yang antusias. Mereka yang yakin dengan keputusannya dan bersemangat untuk mewujudkannya.
Untuk mempengaruhi orang lain, Anda perlu terlihat sebagai orang yang antusias. Orang yang yakin dengan pendapatnya dan tak ragu dengan ucapannya. Orang yang mantap dan percaya diri dengan perbuatannya. Tidak terlihat bingung atau cemas ketika berkata atau berbuat. Di wajahnya terpancar optimisme menghadapi masa depan. Ia yakin bahwa hidup berpihak kepadanya.

  1. Setiap orang lebih suka dengan mereka yang dapat menjadi teladan
Keteladanan membutuhkan kedisiplinan. Disiplin untuk selalu berkata sesuai apa yang diperbuat. Orang akan terpesona dengan mereka yang dapat memberikan keteladanan. Yaitu, orang yang memberikan contoh terlebih dahulu dan berkata sesuai dengan apa yang diperbuatnya.
Sebaliknya, orang akan merasa tidak simpati dengan mereka yang ‘lain kata lain perbuatan’. Apalagi jika perkataan tersebut berupa janji yang tidak ditepati. Orang tidak akan senang dengan mereka yang suka mengumbar kata-kata manis tanpa bukti bahwa ia sendiri merupakan contoh dari apa yang dikatakannya. Kata-kata manis mungkin dapat merebut hati orang. Tapi hal itu hanya berlaku sekejap. Setelah itu, orang akan kecewa dan tidak percaya lagi dengan perkataannya.
Hanya keteladanan yang dapat merebut hati orang. Keteladanan menimbulkan kepercayaan. Membuat orang terpengaruh dalam jangka panjang. Pepatah mengatakan, “Keteladanan memberikan ketaatan, kemunafikan memberikan perlawanan”.

  1. Setiap orang menghitung imbalan (manfaat) dari apa yang dilakukannya
Diakui atau tidak, setiap orang mengharapkan imbalan dari apa yang dikerjakannya. Ketika Anda bekerja, Anda mengharapkan imbalan berupa gaji. Ketika Anda membentuk rumah tangga, Anda mengharapkan manfaat berupa keluarga yang membahagiakan Anda. Bahkan ketika Anda beribadah kepada Tuhan, Anda mengharapkan imbalan berupa pahala (ridho Tuhan) atau ketenangan batin.
Anda dapat mempengaruhi orang lain jika Anda dapat menunjukan kepadanya apa manfaat atau imbalan yang akan diperolehnya jika ia menuruti Anda. Tidak peduli apakah Anda atau bukan Anda yang memberikan imbalan tersebut. Semakin besar dan konkrit imbalan atau manfaat yag dapat Anda tunjukkan pada orang lain semakin mudah Anda mempengaruhinya. Sebaliknya, semakin Anda tak mampu memberikan imbalan atau menunjukkan manfaat yang besar dan konkrit kepada orang lain, maka semakin sulit Anda mempengaruhinya. Besarnya pengaruh Anda sejalan dengan besarnya kemampuan Anda memberikan imbalan atau menunjukkan manfaat kepada orang yang Anda ingin pengaruhi.

  1. Setiap orang tidak suka merasa dipengaruhi (jangan menggurui)
Walau setiap orang tak lepas dari pengaruh orang lain, namun mereka tak mau terlihat dipengaruhi secara paksa. Mereka hanya ingin dipengaruhi secara halus, sampai mereka sendiri tak sadar telah dipengaruhi!
Karena itu, jangan menggurui orang lain ketika Anda ingin mempengaruhi orang lain. Hal itu akan membuatb mereka merasa dipengaruhi secara paksa. Orang tak mau dipaksa. Sebab paksaan membuat orang merasa diganggu harga dirinya. Sebaliknya, orang merasa senang jika dibujuk dan dirayu (walau mereka tidak mengakuinya!). sebab bujukan dan rayuan membuat orang merasa dihargai dan dianggap penting.
Lagipula, menggurui orang lain membuat orang merasa harus berubah secara drastis. Hal itu tentu tidak menyenangkan baginya. Ia merasa harus merubah kebiasaan lamanya yang nyaman kepada hal-hal baru yang belum tentu nyaman baginya. Sedang, bujukan dan rayuan membuat orang merasa berubah secara nyaman. Bujukan dan rayuan memberi ‘ruang’ baginya untuk mencerna dan menumbuhkan kesadaran sendiri untuk berubah. Orang akan lebih senang berubah jika ia merasa perubahan itu akibat kesadaran dirinya sendiri, bukan karena dipengaruhi orang lain. Orang tak mau merasa dipengaruhi orang lain, karena hal itu dianggap sebagai gangguan terhadap kehormatan harga dirinya.
Prinsip-prinsip mempengaruhi orang lain yang mudah dan sederhana tersebut sebenarnya berasal dari satu paradigma yang sama, yakni ORANG PADA DASARNYA MERASA DIRINYA PENTING, BAHKAN MERASA DIRINYA LEBIH PENTING DARI ANDA SENDIRI!

D. Peran Wewenang dalam Manajemen

Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka. 
 WEWENANG LNI, STAFF, DAN FUNGSIONAL 

- Wewenang lini 

Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi. 

- Wewenang staff 

Wewenang staff adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu : 

1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis 

- Wewenang Fungsional 

Wewenang fungsional merupakan tipe ketiga dari struktur yang ditemukan dalam organisasi baik secara temporer atau permanen. Perbedaan antara struktur line and staff dan fungsional adalah pada fungsional, staf ahli melaksanakan wewenang langsung atas beberapa jalur aktivitas departemen. Kadang- kadang wewenag fungsional adalah hasil dari kebijakan tak tertulis. 

Keuntungan Wewenang Fungsional : 

Ø Pekerja dapat menarik keuntungan dari para ahli dari berbagai bidang 

Kerugian Wewenang Fungsional : 

Ø Kemungkinan akan munculnya masalah perilaku organisasi yang dikaitkan dengan “melayani dua tuan”. 

Ø Konsekuensinya muncul kecendrungan rival yang berkembang antar departemen 



DAFTAR PUSTAKA

Bagus Riyono dan Emi Zulaifah. 2001. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta:
Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM

Siti Partini Suardiman. 1980. Kelompok dan Kepemimpinan. Yogyakarta: FIP
IKIP YOGYAKARTA

Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
indryawati.staff.gunadarma.ac.id

 Wiryanto. (2006). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo

 Ristica, Dwienda Octa., Megasari, Kiki., Husanah, Een., Megasari, Miratu. (2015). Cara  mudah menjadi bidan yang komunikatif. Yogyakarta: Deepublish.

 Qolbi Ade Ifroh. (2013). Hubungan komunikasi interpersonal dengan iklim organisasi. Ejournal ilmu     komunikasi, 1(1), 22-38.

 Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja        Rosdakarya.

 Setyobroto, Sudibyo. (2004). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.