Efek rumah kaca atau green
house effect merupakan gejala peningkatan suhu dipemukaan bumi yang
terjadi karena meningkatnya kadar CO2 (karbon dioksida) di atmosfer. Gejala ini
disebut efek rumah kaca karena diumpamakan dengan fenomena yang terjadi di
dalam rumah kaca.
orang pertama kali yang menemukan
teori efek dampak rumah kaca adalah Joseph Fourier, Pada tahun 1820, Fourie menghitung bahwa satu
objek ukuran bumi, dan pada jarak dari Matahari, harus jauh lebih dingin
daripada planet sebenarnya jika dipanaskan oleh efek radiasi
matahari yang masuk. Dia memeriksa sumber berbagai kemungkinan panas yang
diamati. Fourier akhirnya menyarankan bahwa radiasi antarbintang mungkin
bertanggung jawab atas sebagian besar dari kehangatan tambahan, Fourie
berpendapat bahwa atmosfer Bumi mungkin bertindak insulator dari beberapa
jenis secara luas. Pendapat inilah yang hingga sekarang disebut dengan efek
rumah kaca. Dalam artikel-artikelnya Fouriermenjelaskan tentang percobaan yang
disebut de Saussure, yang berbaris vas dengan gabus hitam. Pada gabus,
dia dimasukkan beberapa panel kaca transparan, dipisahkan oleh interval
udara. Sinar matahari tengah hari diizinkan masuk di bagian atas vas
melalui panel kaca. Suhu menjadi lebih tinggi di pedalaman kompartemen
lebih dari perangkat ini. Fourie menyimpulkan bahwa gas diatmosfer dapat
membentuk penghalang yang stabil seperti panel kaca. Kesimpulan ini
mungkin telah berkontribusi untuk penggunaan kemudian metafora dari efek
rumah kaca yang akan merujuk pada proses menentukan suhu atmosfer.
Pada rumah kaca, sinar matahari
dapat dengan mudah masuk ke dalamnya. Sebagian sinar matahari tersebut
digunakan oleh tumbuhan dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke arah kaca.
Sinar yang dipantulkan ini tidak dapat keluar dari rumah kaca dan mengalami
pemantulan berulang-ulang. Energi yang dihasilkan meningkatkan suhu rumah kaca
sehingga rumah kaca menjadi panas.
Di bumi, radiasi panas yang berasal dari matahari ke bumi diumpamakan seperti menembus dinding kaca rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian radiasi dipantulkan oleh benda-benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra merah. Sebagian radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas penyerap panas (disebut: gas rumah kaca). Gas penyerap panas yang paling penting di atmosfer adalah H2O dan CO2. Seperti kaca dalam rumah kaca, H2O dan CO2 tidak dapat menyerap seluruh radiasi infra merah sehingga sebagian radiasi tersebut dipantulkan kembali ke bumi. Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat atau yang disebut dengan pemanasan global (global warning).
Kenaikan suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara dan selatan. Kondisi ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut, sehingga menyebabkan berbagai kota dan wilayah pinggir laut akan tenggelam, sedangkan daerah yang kering menjadi semakin kering. Efek rumah kaca menimbulkan perubahan iklim, misalnya suhu bumi meningkat rata-rata 3°C sampai 4°C pada abad ke-21, kekeringan atau curah hujan yang tinggi di berbagai tempat dapat mempengaruhi produktivitas budidaya pertanian, peternakan, perikanan, dan kehidupan manusia.
Di bumi, radiasi panas yang berasal dari matahari ke bumi diumpamakan seperti menembus dinding kaca rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian radiasi dipantulkan oleh benda-benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi panas yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra merah. Sebagian radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas penyerap panas (disebut: gas rumah kaca). Gas penyerap panas yang paling penting di atmosfer adalah H2O dan CO2. Seperti kaca dalam rumah kaca, H2O dan CO2 tidak dapat menyerap seluruh radiasi infra merah sehingga sebagian radiasi tersebut dipantulkan kembali ke bumi. Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat atau yang disebut dengan pemanasan global (global warning).
Kenaikan suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara dan selatan. Kondisi ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut, sehingga menyebabkan berbagai kota dan wilayah pinggir laut akan tenggelam, sedangkan daerah yang kering menjadi semakin kering. Efek rumah kaca menimbulkan perubahan iklim, misalnya suhu bumi meningkat rata-rata 3°C sampai 4°C pada abad ke-21, kekeringan atau curah hujan yang tinggi di berbagai tempat dapat mempengaruhi produktivitas budidaya pertanian, peternakan, perikanan, dan kehidupan manusia.
- faktor penyebab efek rumah kaca
Salah satu penyebab efek rumah
kaca adalah penggundulan hutan yang memicu peningkatan jumlah karbon dioksida
di atmosfer. Penggundulan menyebabkan tidak terdapat tumbuhan yang menyerap
karbondioksida yang digunakan dalam proses fotosintesis. Penggundulan hutan
terjadi akibat kebutuhan lahan untuk perumahan, pertanian, dan berbagai macam
infrastruktur yang terus meningkat.
2.Bahan bakar fosil
Gas rumah kaca juga bisa dilepas
ke atmosfer karena pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, batubara, dan
gas. Gas hasil pembakaran bahan bakar fosil berkontribusi terhadap penambahan
gas rumah kaca yang pada gilirannya memicu pemanasan global.
3.Peralatan listrik
Hasil karya manusia lain yang
memicu peningkatan efek rumah kaca adalah pemakaian peralatan listrik. Contoh
peralatan listrik penghasil gas rumah kaca adalah lemari es. Lemari es model
lama menggunakan gas yang dikenal sebagai Chlorofluorocarbon (CFC). Gas CFC
yang terlepas ke atmosfer dapat berperan sebagai gas rumah kaca yang memicu
peningkatan suhu bumi.
- Mengapa saat mendung hawa terasa panas?
mengapa saat mendung terasa panas? fenomena yang cukup aneh yaa, tapi itu memang menjadi kenyataan di masa sekarang kita ini . Maka itu dalam kesempatan saya kali ini saya akan membahas mengapa hal itu bisa terjadi, yaah mungkin efek rumah kaca ada sangkut pautnya dengan fenomena ini.
Ketika awan terlihat hitam (mendung), terjadi proses
perubahan uap air (gas) berubah menjadi air (cair). Pada proses ini dilepaskan
sejumlah panas (kalor) ke udara. Awan yang berwarna hitam gelap (mendung)
biasanya tidak terlalu tinggi dibandingkan awan yang putih, sehingga semakin
dekat jaraknya ke permukaan bumi, efek panas yang dilepaskan semakin terasa.
Kondisi ini akan lebih panas jika sebelumnya matahari bersinar terik, sehingga
panas yang kita rasakan adalah akumulasi dari pelepasan energi dari perubahan
fase uap air menjadi air dan energi panas sisa yang dipancarkan bumi.
- Pencegahan
Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan
emisi gas rumah kaca, sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa
tercapai. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020
mendatang, antara lain melakukan upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan
energi dan transportasi, serta pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di
Indonesia bisa diturunkan hingga 41 persen, bila mendapatkan dukungan dari luar
negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka penurunan emisi bisa
bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya.
Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.